Tiga tahun saya mendoakan orangtua saya supaya berubah. Supaya bisa ngijinin saya pulang malam, nginep2, dll. Saya berdoa tiap pagi dan malam sebelum tidur. Saya berdoa dengan kesungguhan, dengan harapan besar pada Tuhan.
Lalu, satu malam saat saya dimarahi lagi gara-gara pulang malam, entah kenapa saya merasa sangat lelah. Lalu saya menangis. Saya bertanya kepada Tuhan, kenapa Tuhan tidak menjawab doa saya. Tiap hari saya berdoa. Tapi kenapa orang tua saya tidak berubah.Saya bertanya-tanya, bukankah Tuhan Yesus berkata apapun yang kita doakan dalam namaNya, Bapa akan memberikannya pada kita?
Saya perlu waktu cukup lama untuk mengerti bahwa sebenarnya Tuhan sudah menjawab doa saya. Bukan orang tua saya yang berubah. Tapi saya yang diubah. Itulah jawaban dari doa saya.
Sekarang, saya bisa menerima bahkan mensyukuri keadaan saya. Sekarang saya tidak mau menginap atau pulang malam kalau itu menyakiti orang tua saya. Pelan-pelan Tuhan mengajar saya untuk berubah. Dulu saya keras kepala dan suka bandel. Terkadang saya berpikir, apakah sebegitunya saya memperjuangkan pelayanan saya? Ternyata tidak, bukan pelayanan yang saya perjuangkan, tapi ego dan keras kepalanya saya. Tapi justru lewat pergumulan saya, Tuhan mengajar saya untuk berhenti mengeraskan hati, belajar untuk menghormati dan menghargai orang tua.
Saya juga diajar untuk sabar.
Apa gunanya aktif pelayanan tapi karakter saya tidak diubahkan? Apa gunanya jadi berkat di luar tapi tidak di dalam rumah sendiri?
Tuhan memang tidak pernah berdusta. Dia memang sudah menjawab doa saya. Jawaban doa yang tidak saya sangka dan pikirkan, tapi justru yang menjadi kebaikan bagi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar