Hem.. setelah bab wondering about love yang kemarin ini, saya menulis wondering about love part II.
Setelah kejadian kemarin itu, mood saya memang jadi kurang bagus. Lalu sore harinya saya berdoa. Saya tidak merasa damai sama sekali.
OMG.. apa yang saya lakukan. Begitu pikir saya.
Bagaimana saya bisa membiarkan kekecewaan dan kekesalan begitu lama dalam hati saya. Apa saya mulai merasakan kepahitan? Begitu tanya saya pada diri saya sendiri.
Saya bertekur dalam doa saya. Saya sadar. Orang-orang mengecewakan itu biasa. Itu namanya manusia. Orang-orang menyakiti kita. Itu juga biasa kan.
Saya sedang membaca Lukas pasal-pasal terakhir. Yesus juga dikecewakan oleh murid-murid-Nya. Dia bahkan dikhianati dan disangkal oleh orang-orang yang Dia kasihi. Tapi Dia tidak mengeluh.
Lalu.. Saya mengeluh terus. Saya kehilangan kasih saya.
OMG lagi deh,
Saya sadar, saya lah yang sebenarnya kurang kasih. Saya merasa jauh dari Tuhan, sang sumber kasih tersebut. Saya membiarkan iblis masuk perlahan dan menabur benih-benih kekecewaan yang semakin lama semakin besar menunggu meledak.
Ya.. Yesus sudah mengajari saya apa itu kasih.
Kasih tidak akan hilang meski kita disakiti, ditolak, dianiaya, atau disangkal.
Justru kasih lah yang memampukan kita untuk mengampuni setiap kesalahan itu.
Kasih itu memberi.
Mengapa saya bisa lupa?
Saya tidak mau lagi memaksakan diri saya. Saya tidak mau merayakan ulang tahun orang kalau itu karna terpaksa. Saya ingin melakukan segalanya dengan kasih yang tulus. Tidak perlu melakukan yang macam-macam. Saya akan melakukan semampu saya dengan ketulusan. Itu lebih baik daripada baik di mata orang lain, tapi saya mengeluh dalam hati..
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar