Selasa, 25 Juni 2013

Porositas, permeabilitas..

Kemarin malam, malam ini, dan sepertinya malam-malam selanjutnya..
Akan dihabiskan untuk membaca masalah-masalah dunia perminyakan yang totally new buat saya.

Dari kemarin malam baca tentang porositas dan permeabilitas batuan reservoir. Agak susah sih, tapi challenging. Aaaah bersyukur banget dikasi keinginan untuk belajar. Setidaknya nanti pas dikelas ga blank-blank amat hahaha. 

Banyak sebenarnya yang meragukan, Anak matematik bisa apa di teknik perminyakan. Cuma perlu dijawab pakai tawa sih, ga perlu ditanggapin. Buktikan saja kalau semua pernyataan diatas keliru. Kalau saya sudah berjanji tidak akan menyiakan-nyiakan kesempatan yang sudah Dia kasi. Kalau perlu tiap malam deh baca si porositas, permeabilitas, dan kawan-kawannya :D

Minggu, 23 Juni 2013

OMG!! Petroleum Engineering Master Degree

Jadi gimana ya menjelaskannya? Hmm kaget, super bahagia, agak aneh.. Yaa begitu sih rasanya.

Puji Tuhan, Puji Tuhan sekali lagi karna memang hanya kepadaNyalah segala hormat, puji, dan sembah bermuara. Huaaah setelah melewati tahap demi tahap akhirnya suatu sore saya menerima telepon yang mengabari bahwa saya lolos seleksi untuk mendapatkan beasiswa program Petroleum Engineering Master Degreenya Total E&P Indonesie.

Banyak yang dilalui, jujur. Banyak doa, pergumulan, kebingungan, pertanyaan. Ada juga air mata terselip di dalamnya. Dari bulan April mingggu ketiga, saya mengisi formulir dan membuat essay. dilanjutkan tes TPA, TOEFL, FGD, interview HR, dan akhirnya interview Panel di Jakarta. Waah sungguh terlalu banyak kemurahan dan kebaikan yang Dia tunjukkan. Saya tidak akan sampai di titik ini kalau bukan karna anugrahNya. Only by His grace.. 

Bagi saya, ini bukan hanya jawaban doa untuk memperoleh beasiswa saja. Namun juga jawaban dari doa saya setiap malam agar Dia menunjukkan jalan yang harus saya lalui.

Yaaa, seperti yang saya ucap setiap kali dalam doa saya, Tuhan setia, Dia mengerti lebih dulu, Tuhan setia.  :D :D

Minggu, 09 Juni 2013

SekolahNya

Suatu siang, saya berbincang-bincang dengan seorang teman. Menurut teman saya tersebut, setiap anak-anak Tuhan memiliki 'sekolah'nya masing-masing. Sekolah tempat Allah membentuk kita hari lepas hari. Contohnya, seorang mahasiswa tingkat akhir yang pandai dan terlalu mempercayai kemampuannya sendiri, ketika mencari pekerjaan dia mengalami kesulitan dan penolakan yang tidak disangkanya. Logisnya dengan IPK sewaw beliau dan pengalaman organisasinya yang segudang, mahasiswa ini diterima dong dimana saja, apalagi dia aktif pelayanan juga. Tapi Tuhan membiarkan dia mengalami berbagai penolakan. Kenapa? Hmm mungkin ini adalah 'sekolah' yang Tuhan berikan agar mahasiswa tersebut belajar untuk menggantungkan diri pada Tuhan bukan pada kemampuannya sendiri.

Dia katakan bahwa jika kita ditegurNya, diajarNya, bahkan dihajarNya, itu karna Dia peduli dan mengasihi Kita. Karna Dia ingin kita menjadi serupa dengan Dia, sempurna.

Saya rasa, saat ini pun Dia ingin saya belajar di sekolah-Nya. Sekolah kesabaran, sekolah 'tidak boleh egois lagi', sekolah tentang iman, dll.  Yah mengingat betapa buruk dan jeleknya kelakuan saya, tentu banyak sekolah yang harus saya lalui. Memang tidak nyaman sih, sangat malah. Semuanya berusaha mengeruk dan memoles sifat-sifat keakuan kita.

Yah memangnya siapa bilang dipoles, dilatih, dan dididik itu enak..

Tapi saya rasa, selama kita percaya dan mau berserah untuk dibentukNya, tentu nanti hasilnya akan luar biasa kan? Seperti seorang atlet yang harus kesusahan dan kesakitan selama program latihan tapi semuanya dibayar ketika menjadi juara atau seperti seorang anak kecil yang harus susah payah belajar mengeja kata hingga dia bisa merasakan betapa nikmat dan bergunanya bisa membaca.. Yaaah harus rajin-rajin mengingatkan diri sendiri~~


Jumat, 07 Juni 2013

Takdir

Fix sudah ada dua orang teman seangkatan saya di Matematika yang akan segera menikah. Sekitar dua minggu lagi teman saya akan melangsungkan pernikahannya. 
Waaah ga sabar, pingin datang :D

Beritanya ini agak mengejutkan sebenarnya, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba teman saya mengumumkan akan segera menikah. Bahkan calon suaminya pun tinggal di Jepang. 

Pertanyaan-pertanyaan penuh rasa penasaran pun muncul diantara teman-teman sepergaulan. Kapan pacarannya? Bagaimana kenalnya? Kok tiba-tiba? Yah begitulah. Dan ketika ditanyakan pada sang calon mempelai wanita, jawabannya adalah 'takdir'. Yah udah takdir aja.. Begitu jawabannya.

Takdir yaa..
"Jadi takdir itu apa dan seperti apa?" tanya saya dalam hati. Bagaimana seseorang bisa betul-betul meyakini bahwa ini adalah takdirnya, atau itu bukan takdirnya? 
Jujur saja belakangan ini saya sedang menggalaukan sesuatu. Saya bingung apakah saya harus segera bekerja setelah lulus atau melanjutkan sekolah saya ke program magister. Dan saya tidak pernah membayangkan bahwa saya menyerahkan keputusan-keputusan penting dalam hidup saya pada kata 'takdir'.

Saya berusaha menguraikannya dalam pikiran saya, meskipun terasa rumit dan aneh. Apakah takdir itu berasal dari Tuhan? Apakah Tuhan mentakdirkan segala sesuatu dalam hidup manusia dan segala usaha kita bermuara pada takdirnya? Ataukah seorang manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih jalan takdirnya? Apakah kita diberi kebebasan oleh Tuhan untuk menentukan bagaimana jalan hidup kita atau apapun yang kita jalani bahkan setiap pilihan kita sebenarnya sudah ditakdirkan? 
Lalu, jika seorang manusia ditakdirkan untuk hidup susah misalnya, dapatkah dia merubah takdirnya dengan bekerja keras, atau selamanya dia akan hidup susah karna itu sudah takdir. Hmmm

Saya rasa, sulit menemukan jawabannya. Mungkin memang ada pertanyaan-pertanyaan di dunia ini yang selama kita masih menjadi manusia kita tidak akan menemukan jawabannya.  Atau saya yang kurang berhikmatlah yang tidak memahaminya. 

Teman saya mengatakan bahwa cinta dalam hidupnya termasuk pernikahannya yang tiba-tiba merupakan takdir. Yah meskipun saya tidak mengatakan atau  menilai itu salah karna diluar kapabilitas saya, namun saya tetap tidak suka dengan penggunaan kata takdir. Seakan-akan seperti sesuatu yang tidak bisa saya ubah atau saya pilih. 

Sungguh saya tidak memahaminya, tapi saya lebih suka mengatakan bahwa hidup saya, pilihan-pilihan dalam hidup saya, setiap langkah dan rencana saya, tidak saya gantungkan pada kata takdir tersebut, tapi pada hikmat dan kekuasaan Tuhan saya. Tuhan yang kepadaNya saya berdoa memohon tuntunanNya setiap hari, memohon belas kasihNya untuk mendengarkan doa-doa saya, harapan saya untuk masa depan yang penuh harapan. Saya tidak percaya pada takdir yang terkesan tidak peduli pada saya dan tidak bisa saya ubah. Saya percaya pada Dia, yang lewat kuasaNya dapat mengubahkan hidup saya..

CMIIW