Rabu, 30 April 2014

Pernah nangis karna diputusin pacar? Biasalah ya.
Atau pernah nangis karna ga punya pacar? hahahahah, biasa juga kali yaa.
Pernah nangis karna ngiris bawang? Hmm beberapa orang pasti pernah mengalaminya.

Tapi pernahkan kamu nangis saat ngerjain slide presentasi.

Gw udah, baru aja semalem.

Bukan karna terharu atau karna slidenya susah banget. Tapi karna tiba-tiba power point ngehank persis ketika kamu udah ngerjain slide itu selama dua jam terus sudah sampai di halaman terakhir dan belum disave terus semuanya ilang, habis lenyap.

Itulah ketika saking capenya, bikin slide aja pake acara nangis sengserukan dulu. Ya ngantuk, ya cape, ya kesel tapi ga bisa marah karna gatau mau marah ke siapa. Karna harus selesai besok pagi, biarpun badan udah minta diistirahatkan karna sudah kerja kelompok dari pagi dan super cape, tapi ya mai gimana lagi kan, ga ada doraemon yang bisa kita mintain tolong kan. Harus dikerjain sendiri juga.

Akhirnya slide yang mulai dikerjakan jam setengah 8 malam, baru bisa officially selesai jam 12 malam tepat.

Pelajaran moral pertama, kalau ngerjain apa-apa jangan lupa disave dulu ribkaa.

Pelajaran moral kedua, kuliah S2 itu memang cape dan menguras tenaga dan pikiran dalam volume yang cukup besar, sometimes, ketika terlalu cape dan ada hal-hal tak terduga yang terjadi, kita bisa nangis karna kecapean. Nangis ya nangis aja gapapa. Tapi jangan pernah sekalipun bilang kita menyerah atau mau berhenti bekerja. Pekerjaan dan tanggung jawaab kita tetap harus selesai apapun yang terjadi. Terserah dalam prosesnya kita nangis, guling-guling atau whatever, tapi tetep harus diselesaikan.

Jumat, 25 April 2014

Your fingers, what it say about?

Tau ga kalau ternyata jari-jarimu bisa bercerita sangat banyak.

Baru-baru ini saya baca artikel di salah satu website kalau ternyata jari-jari manusia itu bisa menunjukkan apakah badan kita sehat atau sakit. Contohnya nih ya, kalau kuku kamu berbercak-bercak kuning, kamu harus hati-hati, karna kamu bisa aja terinfeksi sakit hati. Hati yang disini maksudnya liver yaa heheh.

Tapi ada yang lebih menarik mengenai fakta jari-jari kamu.

Dulu waktu saya masih SMP apa SMA yaa, lupa persisnya, saya pernah baca novel Laskar Pelangi. Di novel itu tau kan ada adegan si Ikal beli kapur buat Bu Mus di toko kelontong Cina, terus tiba-tiba dia jatuh cinta sama cewe cuman gara-gara jari dan kukunya doang. Terus kalau nonton filmnya, kesannya kayak ada bunga-bunga cinta jatuh ke kepala si Ikal cuman gara-gara ngeliat jari-jari doang. Bahkan, percaya atau ga, adegan itu sampai dibuatin lagu, judulnya Jari-Jari Cantik, salah satu soundtrack Laskar Pelangi.

Kalau orang lain responnya, ih romantis yaa, so sweet, lalalala. Kalau saya mikirnya, nih orang becanda yaa, ya kali naksir orang karna jari. Emang sebagus apa jarinya cici Aling sampai Ikal tersepona begitu? Perasaan yang di film biasa aja jugaa hehehe. :P

Yah mungkin karna Ikal masih bocah kali yaa waktu itu, pikir saya.

Tapi ternyata saya salah.

Saya iseng-iseng baca biografi Hillary Rodham Clinton sewaktu saya ngerjain TA. Karna waktu itu saya berpikir sehabis lulus kuliah mau langsung kerja, tapi kartu perpus saya yang baru masih bersih, alias belum pernah minjem buku sama sekali, saya pun memutuskan meminjam beberapa buku menarik dari perpustakaan selama saya masih bisa, salah satunya biografi Hillary Clinton. Awalnya saya baca buku itu karna ga begitu suka sama Hillary Clinton yang terkesan agak arogan, tapi setelah baca biografinya, saya jadi melihat beberapa sisi menarik dari Hillary, termasuk salah satunya alasan kenapa dia bisa jatuh cinta sama suaminya.

Yah, Hillary punya banyak alasan sih, misalnya fakta kalau Bill Clinton itu ngejar-ngejar Hillary mulu *yah siapa sih yang gasuka dikejar-kejar* atau fakta kalau Bill Clinton itu tipe cowo sukses lah dsb. Tapi yang menarik, sewaktu Hillary menulis kalau salah satu hal yang paling dia suka dari suaminya adalah jari-jarinya. Menurut Hillary, jari-jari Bill Clinton itu panjang, ramping, dan ada sesuatu yang menarik dan mengesankan *dimata Hillary doang kali yaa hehe* setiap kali Bill Clinton membalik halaman buku dengan jari-jarinya.

Lucunya, berbeda dengan adegan beli kapur di toko kelontongnya Aling, kali ini saya menanggapi lebih serius fakta tentang jari-jari. Ternyata, bukan cuma Ikal si bocah yang bisa jatuh cinta karna jari-jari, tapi Hillary Clinton yang mengambil Master di bidang Hukum Yale University saat itu, bisa juga jatuh cinta sama calon Presiden Amerika Serikat karna jari-jarinya juga.

Mengesankan yaaaa. Bagian tubuh yang kadang ga terlalu diperhatikan orang bisa bercerita sangat banyak. Bahkan bisa membuat seseorang terlihat spesial dimata orang lain.

Terus gw langsung melirik jari-jari gw.. Hmmmm jari gw kok ga ramping-ramping yaaa. Hmmmm. Hehehehehe.

So, what's about your fingers? Do they tell something about you? Or, do other one's finger tell something to you now?


Selasa, 22 April 2014

Sore ini diluar perpustakaan hujan rintik-rintik. Sehabis selesai belajar bareng buat uts besok, saya malah terjebak dalam diskusi/konsultasi sama tiga orang teman saya, satunya tita duanya makhluk yang kadang menurut saya dan tita agak ajaib.

Mencoba menguraikan berbagai benang kusut di kepala. Pertanyaan-pertanyaan yang saya gatau jawabannya apa. Pertanyaan yang kadang harus didorong ke belakang kepala tapi tiba-tiba tanpa diminta lagi-lagi muncul ke permukaan minta diselesaikan.

Tita bilang apa, ka raka bilang apa, semua bilang ini dan itu, mencoba buat menebak-nebak apa yang harus dilakukan.

Tita bilang ini, yang lain nimpalin begitu. Tapi bahkan sampai hujan agak reda, benang kusut itu belum juga terurai sedikit pun. Lagi-lagi pikiran kusut ini untuk sementara didorong ke bagian kepala paling belakang.

Usaha masing-masing untuk menerka apa sebenernya yang ada di kepala ini belum berhasil.

Mungkin jawabannya untuk sementara baru satu, sabar. Sabar karna ada beberapa pertanyaan yang cuman bisa dijawab seiring berjalannya waktu.

Minggu, 20 April 2014

Happy Easter

Selamat hari Paskaaah!!

Paskah itu biasanya sepi, ga kayak hari Natal yang selalu rame. Kalau hari Natal, dengan mudah bisa ditemukan banyak kelap-kelip lampu, banyak film seru di tv, liburannya juga lebih panjang, banyak belanja, banyak kue dirumah, banyak barang baru, dsb.

Paskah itu sepi. Bayangin deh, saya saja baru sadar hari ini Paskah kira-kira 3 hari yang lalu *ckckckckc*. Dan itu pun karna semua orang di kelas ribut ada long weekend lagi, ada long weekend lagi, dan saya buru-buru ngecek kalender.

Paskah itu sepi, di rumah ga ada kue paskah. Toko-toko di mal juga ga ada yang khusus bikin kue-kue keleran. Mana coba pernah ada Kue Edisi Spesial Paskah atau jalan-jalan ke matahari terus ada tulisan Diskon Spesial Paskah. Seumur-umur belum pernah liat.

Padahal, kalau kata bapa saya, Paskah itu ga kalah penting dibandingin hari Natal, bahkan bisa dibilang lebih penting. Kalau Yesus cuman lahir di dunia ini, tapi Dia ga mati dan bangkit, misi penebusan dan penyelamatan itu ga akan pernah ada.

Sebenernya ga ada masalah juga sih Paskah itu sepi. Emang mesti rame? Ga sih. Keramaian malah kadang-kadang menghilangkan makna sebenarnya dari hari perayaan itu sendiri.

Intinya, pagi ini bangun di hari Paskah, pergi ke gereja bareng orang tua dan di gereja diingatkan lagi tentang besarnya kasih Allah buat dunia ini sampai Ia mau mengorbankan nyawa Anak-Nya.

Di pagi ini, ketika di gereja, telur Paskah dibagikan, sambil nyanyi lagu Karya Terbesar, saya pribadi diingatkan lagi tentang karya terbesar-Nya dalam hidup saya, pengorbanan-Nya di kayu Salib buat sampah macam saya.

Dia mati supaya saya hidup. Dia lahir ke dunia, rela menjadi miskin, supaya saya menjadi kaya. Daan, Dia bangkit, mengalahkan maut. Seperti janji-Nya, hidup didalam Dia berarti, kita tetap hidup meskipun sudah mati.

Boleh aja Paskah itu suasananya sepi dan melow-melow dikit. Saya sih jujur aja ga peduli. Malahan kalau natalan sepi-sepi juga saya sejujurnya ga begitu peduli. Yang penting, saat Paskah, iman kita semua dibaharui. Pemikiran-pemikiran kita juga dibaharui.

Selamat hari Paskah buat semua yang merayakan. Dan terimakasih buat teman-teman yang mengucapkan selamat, apalagi buat temen-teman yang ga seiman dengan saya, terimakasih sudah menunjukkan bahwa persahabatan bisa melewati banyak perbedaan-perbedaan.


Jumat, 18 April 2014

Not just an ordinary monkey, this monkey can make you dance

Dulu inget banget, tita *cewe talented dengan kans sangat besar buat jadi sinden di OVJ* pernah samar-samar memberitahu kalau lagu-lagu Arctic Monkey itu enak banget buat didenger.

Lucu yaa, ada band yang menamai dirinya monyet, tapi tak apalah, berhubung saya juga suka primata, jadi coba-coba denger beberapa. Dimulai dari Why'd You Only Call Me When You High, ini judulnya aneh banget yaaaa. Tapi dari awal lagunya dimulai, tanpa sadar, kepala saya mulai gerak-gerak keatas kebawah. Hmmm, musiknya beda sih. Ga mainstream deh. Yang mana bagus kaaan. Telinga kita harus dibiasain denger bermacam bunyi-bunyian kan. Kadang yang anti mainstream itu yang malah menariik. 

Berlanjut dengan bermacam lagu Arctic Monkey yang tersedia di Youtube. Arabella, Do I Wanna Know, Mardy Bum yang bisa bikin kepala makin goyang-goyang, R U Mine, dan lain sebagainya. 

Yaah emang bener kata tita, lagu-lagunya enak didenger ternyata. Tak duk tak duk tak, no melow-melow. Rasanya ada yang naik ke kepala hehe. Suara vokalisnya juga agak unik.Yang main gitarnya keren deh. Lumayan sekali mengisi kekosongan di saat harus desain waterflooding iniii :). 

Sekali lagi menemukan band recommended dan sekali lagi mengucap syukur buat orang-orang yang dikasi talenta musik luar biasa sama Tuhan. Kepingan surga di dunia yaaa. 


Rabu, 09 April 2014

Pelajaran dari Violaa

Dikasi peliharaan baru sama abang. Anjing herder yang masih bayi bernama Viola. 

Lucuuuunya minta ampun. Pas pertama-tama dikasi abang saya sih, saya agak bertanya-tanya juga, iteeem banget yaa. Jadi kepalanya, badannya semuanya item mengkilat, tapi kakinya coklaat. 

Mungkin karna doi item kali yaa, ade saya jadi ga begitu suka *rasis emang diaa hahaha*, tapi saya udah berasa jatuh cinta gitu pada pandangan pertama. Jadilah saya yang ngasih makan, minum, dan mengajak Viola bermain. 

Repot juga sih, lo harus bangun lebih pagi buat ngasi makan. Ga boleh lupa ngasi minum. Bersiin. Daan harus rajin-rajin diajak main, apalagi anjingnya masih kecil. Terus sewaktu dia sakit, kayak hari ini, lo harus merawat dia, ngasi saleb, ngasi obat. Terus lo harus mendidik dia. Teriak-teriak sit Viola, siiiit. Padahal gw aja masih bingung gimana caranya anjing bisa ngerti bahasa Inggris coba hehe.

Tapi semuanya jadi sangat worth it, ketika anjing kecil yang lo sayangi menggoyang-goyangkan ekornya setiap kali lo datang, akhirnya bisa belajar naik tangga, dan cuman mengitari kaki lo meskipun ada orang lain yang manggil-manggil namanya. Karna dia cuman kenal sama lo yang ngasi makan dan merawat dia. :))

Malam ini, pas saya harus ngobatin Viola yang lagi sakit, saya jadi sadar sesuatu, saya sayang banget sama anjing kecil ini. Saya ga mau dia sakit. Saya seneng banget melihat dan ngajak dia main. Dia kayak 'milik' saya yang kecil yang harus saya jaga baik-baik. Dan sambil saya mengobati Viola malam ini, saya jadi ingat sesuatu yang saya ga mengerti. Tentang pernyaatan C.S Lewis soal kasih Tuhan pada manusia. 

Mungkin yang dimaksud C.S Lewis dalam bukunya, ketika dia menggambarkan kasih Allah kepada manusia bisa dianalogikan dengan perasaan saya pada Viola. C.S Lewis mengatakan bahwa kasih Allah pada manusia itu bisa digambarkan lewat 4 macam hubungan di dunia. Salah satunya adalah saat Allah menggambarkan hubungan seorang gembala dengan hewan peliharaannya (manusia dengan hewan yang dipeliharanya). Dari dulu jujur aja saya masih suka bertanya-tanya gitu, kenapa yaa Allah bisa sayang sama manusia. Maksudnya manusia kan hina, kotor, tapi kok Allah bisa sekonyong-konyong sayang yaa. 

Dengan memelihara Viola, mungkin gw sedikit mengerti kali yaa. Viola itu bandel loh, karna masih kecil, dia ga bisa diem, terus suka nyoba gigit-gigit tangan saya pas awal-awal, terus bauuuu, terus kotor kaan. Tapi saya entah kenapa sayaaang banget sama si kotor bau kecil itu. Saya ga tega ngeliat dia kelaparan atau kehausan. Dan saya berupaya keras supaya dia jadi anjing yang lebih baik, yang lebih nurut, lebih bersih, lebih wangi, dan lebih menyenangkan. Kadang usaha saya itu ga dia sukai sih, contohnya mandiin atau ngobatin. Tapi saya melakukan itu karna saya sangat sayang sama dia. Cuman yaa berhubung dia anjing yang volume otaknya jauh lebih kecil dari saya, dia jadi ga ngerti deh. 

Mungkiin, Tuhan juga sering begitu yaa sama kita. Dia melihat kita yang bandel, kotor, dan bau, dengan pandangan sayang, karna dia Tuan kita yang mengurus kita bahkan sejak kita masih ada di perut ibu kita. Dan kadang, kasihNya salah kita mengerti karna kita yang otaknya sangat kecil dibandingkan Dia, ga mengerti bentuk-bentuk kasihNya yang terasa aneh. 

Yaah, begitu kali yaaa. Setidaknya sekarang saya jadi mengerti, kadang ketika kita harus melewati hal-hal yang sulit dalam hidup ini, tantangan mungkin, kita harus belajar buat ikhlas ngejalaninnya. Percaya, kalau Tuan kita yang Diatas, melakukan apapun terhadap hidup kita atas dasar sayang yang luar biasa. Mungkin emang kadang kita ga mengerti, tapi iman itu lah yang bisa jadi jawaban setiap pertanyaan dan ketidakmengertian kita. 




Jumat, 04 April 2014

Push Myself to The Limit

Keras kepalanya gw yang kadang bisa sangat amat menyebalkan ternyata ada gunanya juga.

Okee, keras kepala itu ga bagus. Bertahun-tahun saya belajar untuk mengendalikan diri dan selalu berupaya keras mengurasi tingkat kekerasan di kepala ini, terutama kalau itu berhubungan dengan orang lain. Kalau keinginan saya bersinggungan dengan orang lain, harus belajar buat lebih mau mendengar dan kadang harus berani mengalah. Kalau lagi adu argumen atau pendapat sama orang lain juga harus bisa nahan diri dsb dsb.

Tapi kalau itu berhubungan dengan diri kita sendiri, kadang-kadang sifat 'keras kepala' itu bisa amat sangat useful loh.

Contohnya kemarin malam, sehabis pulang kuliah saya dijemput sepupu buat latihan nyetir lagi. Sepupu panjaitan saya yang satu ini emang ngajarnya agak luar biasa dikit sih. Saya baru dua kali megang setir mobil seumur hidup saya, dan menurut saya, saya masih perlu latihan di jalanan kompleks dulu lebih banyak sebelum ke jalan yang lebih menantang.

Tapi sepupu saya beragumen lain. Menurut dia, jalanan kompleks yang lebar, banyak lurusnya, dan sedikit pengguna kendaraannya itu sangat tidak menantang. Gantinya, dia mengajak saya dan ade saya latihan di jalan Hegarmanah. Tau kan. Jalannya itu sempit, banyak tanjakan dan turunan, belokannya lumayan curam, pluuuus banyak motor yang suka nyalip-nyalip dan banyak mobil lewat.

Okeeee, dalam hati, biarpun saya gabilang ke sepupu saya, saya deg-deg parah. Ni emang gila apa ya doi? Gw belum bener-bener yakin sama diri sendiri tapi udah disuru nyetir disini. 

Sedikit gemeteran, saya nyoba pelan-pelan. Tiap kali ada turunan yang lumayan curam saya sedikit panik. Lebih panik lagi sewaktu di jalanan super sempit itu banyak ibu-ibu pengajian beserta anaknya yang bukannya jalan di trotoar, tapi malah memutuskan jalan-jalan riang di pinggir jalaaan! Buseeeet ni orang-orang, pada sekolah ga yaa, pejalan kaki itu harusnya jalan di TROTOAR, bukannya di pinggir jalan nyaris ke tengah gitu. Mana jalannya sempit. Haduuh pada sayang nyawa ga sih. Padahal kalau nabrak kan gw yang disalahin pasti.

Belum lagi motor-motor yang suka salib-menyalib seenak-enak jidatnya. Atau orang-orang yang nyebrang tanpa lihat kiri-kanan. Ni orang-orang emang luar biasa cueknya ya sama nyawa sendiri.

Yaaah, tapi kalau kata sepupu saya, itulah Indonesia. Terima aja kalau pengguna jalannya kayak gitu. Sok-sok an bijak gitu doi, padahal tiap kali ada yang nyalib atau yang jalan seenaknya, kata-kata s**t, f**k, tanpa sengaja berseliweran di mobil. Hadeeeuh-hadeeeuh.

Tapi puji Tuhan semua lancar, sampai suatu saat, ada motor yang lagi-lagi nyalib pas saya mau belok, kontan saya panik. Udah belok itu sendiri aja masih susah, ini ada motor tiba-tiba belok nyalib. Astaga. Dari yang saya diteriakin sepupu saya buat ngerem, kaki dan otak saya yang jadi ga sinkron karna panik, malah ngegas. Saya yang baru sadar salah beberapa detik setelahnya, buru-buru ngerem sampai habis. Mobil pun meluncur liar dan berhenti tepat cuman beberapa inci dari trotoar. Saya, ade, dan sepupu saya diam sejenak. Kita bertiga kontak langsung melirik jendela. Sepupu saya keluar mobil. Fyuuuuh, puji Tuhan banget-banget, bannya nahan trotoar, dan cuman selisih satu cm dari si body mobil ngegores tuh trotoar.

Kenapa kita semua selama beberapa saat ketakutan. Karnaaaa mobilnya masih baru dan mulus banget. Karnaaaa mobilnya ga berasuransi. Jadi taaau kan kalau sampai celaka saya bakal diapain. Jadi yaaa, selama belajar, kita menekankan rule utama, jangan pernah nabrak apapun, terutama yang bernyawa, dan kemudian mari kita lindungi mobil ini bersama-sama, jangan sampai nggores.

Biarpun jantung saya masih berdetak cukup keras, saya tiba-tiba nyeletuk tanpa saya sadari, "Gamau tau, pokoknya gw harus bisa. Ayo kita coba lagi."

Sepupu dan ade saya diem sebentar, terus tiba-tiba sepupu saya berkomentar, bagus-bagus rib, jangan jadi trauma atau takut. 

Mereka kira saya bakal berhenti karna hampir banget nabrak dan salah mencet rem jadi mencet gas. Tapi nooo waaay kan, maksudnya kalau jadi berhenti cuman karna soal sepele gitu kapan gw bisanya.

Sewaktu ade saya yang ketahanan konsentrasinya lebih oke dari saya kelihatan lebih mahir dalam mengendalikan mobil, saya yang merasa tertinggal, juga bersikeras pada sepupu saya supaya dikasi kesempatan mendapat tambahan puteran latihan nyetir. Gw kan lebih ga bisa, jadi gw perlu dua kali lagi puteran tambahan, gitu kata saya sama sang sepupu. Maksudnya, saya berpikir, okeee gw lebih lambat belajarnya dari ade gw, berarti gw harus latihan lebih banyak kan supaya sama bisanya. 

Yaah begitulah, kadang keras kepala sama apa yang kita yakini, keras kepala untuk selalu ga bilang gw menyerah, keras kepala sampai lo bisa bilang sama diri lo sendiri okee gw puas, gw udah bisa, itu saya simpulan diperlukan juga.

Kalau lo cukup lembek buat menyerah padahal lo belum berusaha sekuat tenaga lo, itu justru malah ga bagus. Kadang lo harus push yourself to the limit. Dan kadang itu butuh kekerasan kepala sampai batasan yang diijinkan. Begitulaaaah.




Kamis, 03 April 2014

Cerita Tentang Suatu Cover di Majalah Rolling St*ne

Pernah baca majalah Rolling Stone ga?

Jadi ceritanya di perpustakaan kampus saya, ada salah satu tempat khusus yang mana kita bisa baca majalah-majalah impor gitu. Tau kan, majalah-majalah yang kalau buat saya sih 'agak sedikit mahal' kalau beli sendiri hehe. 

Nah, satu hari, saat saya dan teman-teman sekelas memutuskan kita mau sedikit berleha-leha setelah mengerjakan tugas, saya menemukan sesuatu yang menarik dari majalah Rolling Stone tersebut. 

Siang itu, tiba-tiba teman saya, 'si penggila Liverpool', menyodorkan majalah Rolling Stone pada saya. 

"Pernah denger cerita soal Paus yang baru ga ka?" kata teman saya sambil menyodorkan majalah tersebut. 

Kesan pertama saya agak kaget, teman saya menyodorkan majalah Rolling Stone yang tau kan, biasanya cover-nya itu dihiasi gambar penyanyi-penyanyi sebangsa Lady Gaga, Amy Winehouse, dan teman-teman sebangsanya, sekarang tiba-tiba dihiasi oleh sesosok pria tua yang rambutnya semuanya sudah putih sambil mengenakan baju yang serba putih-putih juga. 

Waw pikir saya, keren banget ya Paus bisa masuk majalah Rolling Stone gini. 

Gila ga sih? Maksudnya. Rolling Stone itu majalah anak-anak muda gaul, iya kan. Daaaan cuman musisi-musisi top yang lagi ngehip doang kan yang jadi cover majalah itu *yang  mana sering tampil dengan gaya berbusana yang nyeleneh*. Terus tiba-tiba, seorang tokoh agama, yang biasanya anak muda "gaul" ga begitu tertarik, bisa jadi cover majalah itu? Waw. 

Pertanyaan pentingnya, apa sih yang dilakukan oleh Paus Francis sampai sebegitu top-nya dikalangan anak-anak muda dan bisa diterima secara luas oleh masyarakat.

Jujur aja, dalam beberapa dekade terakhir, Gereja kurang bisa diterima di Eropa dan Amerika. Gereja dianggap kolot, mengekang, membosankan, dan cuman cocok buat lansia. Paus jelas bukan jabatan populer di kalangan anak muda. Meskipun anggapan tersebut tidak bisa dibenarkan, tapi memang itulah fakta yang terjadi. 

Saya pun menekuni artikel tentang Pope Francis di majalah tersebut. 

Yang saya tangkap, Pope Francis dianggap banyak kalangan sangat ramah, lebih mudah bergaul *dibandingkan dengan Paus-Paus lainnya* dan yang paling utama, katanya sih tidak terlalu menghakimi isu-isu sensitif (seperti isu pernikahan sejenis misalnya). 

Jujur saja, di satu sisi saya berpikir. Senang yaa melihat banyak orang bisa lebih tertarik mendengar seorang pemimpin agama. Dengan kepribadian yang lebih luwes, Pope Francis bisa membuat dirinya diterima banyak kalangan. Dan itu bagus kaaan. 

Tapi di satu sisi, saya sedikit terganggu dengan pernyataan Sang Paus yang dicetak miring di artikel majalah Rolling Stone tersebut "Who am I to judge?"  yang juga jadi faktor utama kenapa sang Paus lebih diterima kalangan anak muda. 

Tanpa bermaksud untuk menyerang kelompok manapun, dan tanpa ada maksud buruk apapun, murni hanya opini saya saja, entah lah, pernyataan sang Paus jujur agak mengganggu nurani saya sedikit. 

Maksudnya, saya juga gasuka mencampuri urusan orang lain. Dan kita jelas-jelas ga berhak menghakimi orang lain *emang kita sudah sebaik apa berhak menghakimi orang*. Tapi saya percaya bahwa kita ga boleh lupa atau sengaja melupakan hal-hal yang sangat prinsip yang gabisa ditawar-tawar. Maksudnya, ada hal-hal yang harus dengan jelas kita bilang, okeeeey itu salah, okeeey itu bertentangan dengan keyakinan kita. Terlebih lagi yang berbicara adalah seorang tokoh agama besar yang kitab sucinya sama dengan yang saya baca. 

Jadi yaaah, di satu sisi saya kagum dengan beliau. Saya sendiri pastinya kurang begitu memahami dan kenal beliau dengan dalam. Dari hal yang saya tahu dan saya baca, saya merasa bahwa beliau pemimpin karismatik yang luar biasa yang bisa menjangkau banyak kalangan. Tapi di satu sisi lain, saya masih bertanya-tanya mengenai pandangan dan pemikiran beliau tentang isu-isu sensitif yang sudah saya sebutkan di atas. Apakah pernyataan "Who am I to judge" dan dengan banyaknya pemberitaan bahwa Paus lebih terbuka terhadap pemikiran-pemikiran yang sebelumnya ditolak dengan keras oleh gereja, menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang salah. 

Entah lah. Saya juga masih bingung sejujurnya hehe. 

Tapi yang pasti, menurut saya pribadi, dan yang jadi pembelajaran penting buat saya terlepas dari pemikiran sang Paus, saya rasa, memegang dengan teguh apa yang kita yakini, yang kita percaya benar itu jauh lebih penting daripada disukai oleh siapapun di dunia ini.