Kamis, 25 April 2013

S-A-L-E

S-A-L-E, empat huruf menyebalkan yang sering membuat saya kewalahan.
Mengapa? Mengapa empat huruf menyebalkan ini seringkali dimanfaatkan para penjual untuk menjerat orang-orang seperti saya. Orang-orang menyedihkan seperti saya yang perhatiannya mudah sekali teralihkan oleh empat kata ajaib ini.

Tadi sore, saya diminta mengantar seorang teman pergi membeli sepatu untuk seminar. Saya pun menyanggupi, saya pikir ga apa-apalah itung-itung bantuin temen. Namun baru saja saya menginjakkan kaki disebuah pusat perbelanjaan di Kota Bandung, perhatian saya teralihkan oleh sebuah papan besar bertuliskan SALE up to 80% yang ditaruh di depan sebuah toko. Waaaah, langsung tekad dan fokus saya tergoyahkan. Padahal dari awal sudah menekadkan diri untuk cepat-cepat menyelesaikan acara belanja dan sesegera mungkin pulang kerumah. Dari awal pun sudah saya ingatkan berulang kali pada diri saya, inget rib, tanggal berapa nih sekarang, harus nyukup-nyukupin uang sampai akhir bulan. Namun semua buyar ketika melihat empat huruf  tersebut. Dan ini bukan pertama kali loh. Mending kalau barang yang disale itu saya perlukan.

Sebenarnya saya tidak perlu-perlu amat, namun entah mengapa saya selalu merasa penasaran dan merasa menyesal jika saya mengabaikan empat huruf tersebut. Rasanya sayang gitu kalau saya tidak beli sesuatu, padahal diskonnya sebesar itu. Memang jadi murah sekali sih kalau cuci gudang..

Huuuft, entah apa yang harus saya lakukan. Empat huruf penuh daya magis penuh godaaan.. Kuncinya harus bijaklah yaa, dan selalu buru-buru menyadarkan diri.

Paris

Paaaaaris!! One day I will see you. I promise <3

Selasa, 23 April 2013

Tentang meminta dan mendapat

Membaca sebuah buku. Lalu ada pernyataan seperti ini, "Ketika kita benar-benar menginginkan sesuatu, kita malah tidak mendapatkan apa-apa, ketika kita meminta kita malah tidak diberi"
Saya 'merenungkan' pernyataan diatas, memang benar sih, sering kan mengalami, kalau kita sedang ingin sesuatu kita malah ga dapat-dapat. Tapi biasanya ketika kita tidak ingin, malah dapat.

Padahal, Tuhan kan berkata, Mintalah, maka akan diberikan padamu, carilah maka kamu akan mendapat, dan ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Saya jadi bingung. Sebenarnya saya harus mau dan meminta atau tidak sih?

Penulis buku yang sedang saya baca berkata bahwa jika memang ketika kita menginginkan sesuatu dan memintanya dengan sungguh dan ternyata Tuhan tidak memberi, itu sama saja dengan cerita tentang seorang anak yang meminta permen pada ayahnya, lalu sang ayah berkata, tidak, saya tidak akan memberikan kamu permen, namun ketika kamu sudah besar dan tidak menginginkannya lagi, saya akan memberi kamu permen sepuas-puasnya. Hmmm, rasanya agak gimana gitu yaa.

Sebenarnya jawabannya sudah jelas sih, tentu saja saya harus berpegang pada Alkitab kan? Lagipula sang penulis mengatakan hal diatas ketika dia menulis sebuah buku harian saat dia kehilangan istrinya yang meninggal dunia, dan mengalami kesulitan menerima kehendak Allah dalam hidupnya. Pernyataan dan kalimat-kalimat tersebut dia tulis dalam pencariannya tentang kehendak Allah yang sulit dipahami.

Tapi tetap saja, pernyataan-pernyataan tersebut mengganggu saya. Memang saya juga sering mengalami kok. Saya pun mendiskusikan pikiran-pikiran saya ini kepada seorang teman.

Dan jawabannya pun sangat memberkati saya, dia menjawab, mungkin bukan seperti itu rib seharusnya ceritanya. Lebih tepat cerita tentang seorang anak yang meminta permen pada ayahnya, dan berkata pada ayahnya bahwa dia menginginkan permen itu, tapi percaya bahwa ayahnya yang lebih tua dan mengetahui apa yang baik bagi dia, akan mengambil keputusan yang terbaik bagi dia. 

Intinya tentang penyerahan dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Berkata, aku ingin sesuatu Tuhan, tapi aku bergantung sepenuhnya padaMu, jadilah sesuai kehendakMu. Dan yaa, ketika kita meminta sesuatu, kita pasti mendapat, tapi Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa yang akan kita dapat itu adalah selalu 'ya' untuk setiap keinginan kita. Kadang ketika kita meminta, Dia tidak memberi karna tahu itu bukan yang terbaik bagi kita, atau tahu bahwa waktunya belum tepat.  :D

*tulisan yang agak kacau karna sedang berusaha menguraikan pikiran saya yang juga kacau

Jumat, 19 April 2013

Bahagiaaa

Suara rintik-rintik hujan terdengar dari dalam rumah. Duduk di pinggir jendela dengan segelas susu coklat panas. Sesekali menghirup aroma hujan yang saya sangat sukai.. hmmm. Rintik-rintik air yang turun seperti butiran-butiran kristal dari langit.

Lantunan suara merdu John Mayer, salah satu penyanyi favorit saya selain mas Adam Levine pun ikut melarutkan suasana hati. Sempurna, begitu pikir saya.

Waaah, sederhana tapi membahagiakan.
Dia membuat rintik hujan, aromanya yang bersih dan segar, segelas susu hangat, dan suara merdu seorang penyanyi ditambah dengan kepiawaiannya merangkai nada menjadi berkat dan kebahagiaan bagi manusia. Dia mampu membuat hal-hal kecil menjadi indah. Yang menjadi penghalang antara kita dengan bahagia itu hanya apakah kita mau memberi waktu sejenak untuk melihat dan menikmatinya. :D

Selasa, 16 April 2013

Karna memang begitulah seharusnya

Selasa siang, saya beranjak dari rumah menuju ke kampus dengan angkutan umum. Tiap selasa sebenarnya saya tidak ada kuliah, saya hanya ada kelas agama, kelas yang saya asisteni.
Ketika sampai saya merasa agak khawatir. Hari ini Apulina yang menjadi koordinator tidak masuk karna kuliah lapangan, gimana ya kalau saya ngasisten sendiri tanya saya dalam hati.

Saya sudah tiga kali menjadi asisten, *tanpa bermaksud sombong, memang apa juga yang bisa disombongin*, tapi sebagai perbandingan, semester ini asisten yang masuk kelas sedikit sekali. Paling sedikit. Kelas Selasa yang biasa saya asisteni, rata-rata hanya dua asisten yang hadir, kadang tiga sih heheh. 

Entah kenapa sebenarnya, mungkin pada bentrok yaa. Kurang tau juga sebenarnya. Tapi agak mengkhawatirkan saya pikir sebenarnya. Dulu masih bisa diskusi dengan mahasiswa di akhir kuliah. Saat ini sama sekali tidak bisa karna terlalu sedikitnya asisten yang hadir. Bahkan hari Senin yang saya dengar hanya satu asisten yang hadir. 

Saat memikirkan hal ini, saya pikir memang benar ya kata FirTu, banyak yang harus dituai, tapi pekerjanya terlalu sedikit.. 

Memang sih, jadi asisten agama apa sih yang akan kita dapat? Sebenarnya secara kasat mata tidak ada sih. Keuntungan jangka pendek jelas tidak ada. Menjadi asisten agama berarti kita dituntut untuk memberikan komitmen kita, dalam hal waktu, tenaga, materi, untuk melayani. 

Tapi justru itu kan istimewanya terlibat dalam pelayanan ini, *setidaknya bagi saya*, Dari pelayanan ini, saya belajar untuk melayani dengan tulus. Melayani tanpa mengharapkan apapun, tanpa melihat apa yang bisa saya dapat dari pelayanan ini. Melayani sambil berkata pada diri sendiri, memang ini yang seharusnya dan sepatutnya kita lakukan untuk Tuhan. Tidak ada pengorbanan, tidak ada yang istimewa, dan tidak perlu upah. Melayani karna memang begitulah seharusnya. Memberikan waktu dan belajar berkomitmen terhadap pelayanan. Setia ketika melihat pekerja yang lain bertumbangan.. Dan bersyukur karna masih diberi kesempatan dan anugrah untuk melayaniNya. 

Waaah kalau saya pribadi sih bersyukur sekali diberi kesempatan menjadi asisten agama. Saya bukan siapa-siapa gitu, tapi dipakaiNya dan diajarNya untuk lebih baik lagi dalam pekerjaanNya. Senang sekali menjadi asistenNyaaa. 

Senin, 08 April 2013

Yeaaah Dia selalu cukupkan!

Saya membuat diri saya menghabiskan uang bulanan saya. Padahal sekarang masih awal bulan. Ckckckc.
Sebenarnya, habisnya bukan buat diri sendiri saja sih. Entah kenapa, banyak janji yang harus ditepati, banyak yang harus dibeli, dan entah kenapa banyak orang yang memutuskan ulang tahun dari akhir bulan maret sampai awal april ini hehehe.
Intinya, saya agak terperangah ketika menyadari berapa rupiah yang ada di dompet saya. Daan, masih banyak yang harus saya bayar sampai akhir bulan.
Saya pun bertanya-tanya sendiri, cukup ga ya? Cukup ga ya?
Akhirnya saya memutuskan untuk berdoa, saya tahu saya tidak punya jalan keluar lain, karna saya tidak mau meminta uang tambahan lagi dari orangtua (anak macam apa saya heheh). Saya pun berdoa.
Dan saya sangat beruntung memiliki Bapa yang luar biasa dan setia. Dia menepati janjiNya, untuk memelihara kehidupan anak-anakNya hari lepas hari. Sabtu siang setelah wisudaan, saya melihat kondisi dompet dan agak shock melihat sisa uang saya. Hmmm. Saya khawatir ga bakal bertahan sampai akhir bulan. Daaan, luarbiasanya, hari Minggu saya dapat tambahan uang dari ayah saya, yang saya tidak minta-minta loh. Saya bernapas lega. Dia memelihara saya hari lepas hari dan tidak pernah membuat saya kekurangan suatu apapun. Tidak banyak banget sih, tapi seperti angin segar di tengah terik matahari deh haha.

Saya belajar, bahwa saya harus mengatur keuangan saya lebih baik lagi. Dan kasihNya membuat saya yakin saya tidak akan pernah kekurangan ketika saya menyisihkan uang saya untuk orang lain..

Sabtu, 06 April 2013

Dua Sisi

Satu hari, saya pernah menjadi orang jahat yang menghakimi orang lain. Ceritanya, saya memiliki seorang teman, yang sepertinya punya perasaan mendalam pada seorang wanita, sebut saja Mawar. Singkat cerita, kelihatannya (dari luar) teman saya ini menderita sekali karna mba Mawar. Dan dari luar, banyak juga komentar miring mengenai mba Mawar yang terkesan suka memberi harapan palsu dan merupakan seorang 'fanskeeper'. Dasar saya, karna teman saya kelihatan dari sudut pandang saya dan sekitar saya merupakan pihak korban, saya pun dalam hati menjudge mba Mawar bahwa dia memang fanskeeper. Ckckckc.

Waktu berlalu, ternyata teman saya yang lain, sebut saja Melati, mengalami hal yang serupa. Bedanya, Melati bukan dalam posisi korban (dalam anggapan orang-orang tentunya), tapi sebagai orang yang telah lama didekati seorang pria dan sudah begitu lama menolak. Karna Melati teman saya, saya tahu persis dari ceritanya bahwa terkadang diapun merasa kasihan dan tidak tega pada si pria, tapi apa daya, perasaan tidak bisa dipaksakan. Hmmm. Singkat cerita, Melati memutuskan untuk berteman saja dengan pria tersebut.
Ternyata sang pria dan teman-temannya berpikir lain, mereka mengira bahwa Melati sudah mulai membuka hati dan memberi harapan.

Terjadi kan yang namanya misfeeling (istilah yang saya buat sendiri). Teman-teman sang pria berpikir bahwa Melati hanya seorang pemberi harapan palsu, karna ujung-ujungnya memang dia tidak suka kan. Tapi disatu sisi saya kesal sekali mendengar rumor yang beredar, karna saya tahu apa yang sebenarnya dilakukan Melati.

Dari dua kisah diatas, saya belajar satu hal, terkadang ketika kita melihat suatu masalah atau fenomena, kita dengan jahat dan tidak adilnya melihat hanya dari satu sisi. Kemudian dengan seenak jidat, kita menilai dan menyalahkan orang lain. Padahal kalau saja kita mau memberi waktu untuk menyingkirkan faktor-faktor subjektivitas (teman dll), dan mau dengan rendah hati melihat dari sudut pandang yang berbeda, penilaian kita pun bisa sangat jauh berbeda..

Oleh karena itu, Tuhan melarang kita menjudge orang lain. Karna Dia tahu bahwa kita tidak sempurna, tidak akan pernah bisa adil, tidak bisa menyingkirkan faktor subjektivitas kita, dan bisa menjadi sangat jahat mencap orang lain seenaknya.

Hmmm, saya kapok deh sok-sokan menilai orang lain..

Menguap

Kalau kita berbuat suatu kebaikan dan merasa kecewa diakhir, itu termasuk ciri-ciri ga tulus yaa? Wah kadang-kadang saya mengalami, sewaktu mengerjakan sesuatu buat orang lain, saya semangat bangeet, terus pas sudah jadi cape banget dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan, entah kenapa ada yang menguap..

Hmm, sepertinya saya masih harus banyak belajar tentang mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, sepertinya saya juga masih harus banyak belajar tentang menjadi tulus dan memiliki hati seperti dia.