Kamis, 13 November 2014

Si Tukang Ojeg Payung Cilik

Musim hujan telah tiba. Hampir tiap sore sekarang di Bandung hujan deras.

Sore ini hujan lebat. Di salah satu mal dikota Bandung, tempat saya dan beberapa teman menonton film, saya melihat seorang anak kecil, usianya mungkin sekitar 9-10 tahun, tanpa alas kaki, dalam keadaan basah kuyup, dengan wajah agak pucat, membawa payung besar, menawarkan jasa ojeg payung kepada orang-orang yang berseliweran di mal.

Apa sih ojeg payung? Ojeg payung itu istilah untuk orang-orang yang menawarkan jasa peminjaman payung saat hujan. Cukup dibayar 3-5 ribu rupiah, kita bisa dipinjami payung sampai menemukan tempat teduh atau naik kendaraan. Biasanya tarif ditentukan jauhnya jarak, kalau dekat ya 3-5 ribu rupiah.

Dulu sewaktu saya masih kecil, saya juga sudah sering melihat tukang ojeg payung berkeliaran di daerah mal kalau hujan. Tapi biasanya tukang ojeg payung yang saya temui bapa-bapa, atau lelaki muda lah.

Tapi sekarang, kebanyakan tukang ojeg payung itu malah anak-anak.

Miris rasanya melihatnya. Kedinginan, di tengah hujan, anak-anak kecil harus mencari uang ala kadarnya begitu. Pernah juga saya melihat anak perempuan berusia sekitar 13-14 tahun menawarkan jasa ojek payung. Saya yang sejujurnya ga merasa butuh payung karna cuma mau menyeberangi jalan, akhirnya menggunakan jasa ojeg payungnya karna kasihan.

Fyuh, tau deh salah siapa. Salah emak bapanya sih yang pertama menurut saya, atau keluarga dekatnya, kalau memang anak-anak tersebut punya keluarga, Ya kali dibiarin cari uang dengan cara demikian. Tega sekali.

Anak-anak seharusnya dilindungi, dinafkahi orangtuanya. Prinsip yang saya tahu dan diajarkan orangtua saya sih begitu. Kalau perlu banting tulang, kepala jadi kaki dan sebaliknya, memang itu tanggung jawab orangtua. Anak-anak kan tidak pernah meminta dilahirkan, sebagai orang-orang yang bertanggung jawab meng'ada'kan mereka di dunia, orang tua punya kewajiban penuh menghidupi anaknya.

Yang berikutnya, menurut saya salah pemerintah. Di Undang-Undang Dasar Republik ini, jelas disebut bahwa seharusnya mereka adalah tanggung jawab negara. Tapi sepertinya peran negara belum maksimal dalam menuntaskan masalah-masalah sosial di kota besar.

Anak-anak seusia itu seharusnya bermain dan belajar di sekolah. Menikmati semua yang orang dewasa tidak lagi bisa lakukan.

Masih dimimpikan dan dibayangkan bagaimana dunia yang lebih baik, sewaktu tidak lagi ada anak-anak kecil, dibawah umur, yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang melewatkan masa kecil yang ceria, dan sebagai gantinya harus membanting tulang mencari sesuap nasi ditengah derasnya hujan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar