Minggu, 06 Agustus 2017

Mengurus Visa ke Aussie - Ternyata Mudah

Bulan Desember tahun lalu, saya dan kedua teman kuliah saya memutuskan untuk pergi jalan-jalan bersama. Kami sepakat bahwa destinasinya harus banget yang seru dan beda. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Australia. Setelah googling-googling tiket pesawat murah, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Sydney dan Melbourne pada bulan May 2017, menggunakan pesawat low carrier cost yang warnanya merah itu.

Setelah menabung selama 5 bulan lebih, dan setelah mempersiapkan tiket pesawat, hotel, dsb, akhirnya kami pergi mengurus visa.
To be honest, ini adalah pengalaman visa yang pertama untuk kami bertiga. Sebelumnya kami memang sudah pernah pergi ke luar negri, tapi belum pernah ada yg harus sampai mengurus visa.
Sebelumnya kami sudah mendatangi gedung AVAC di Kuningan City, Jakarta Selatan. AVAC (Australia Visa Application Center) adalah satu-satunya perwakilan Australia dalam pengurusan visa di Indonesia. Karna niat kami hanya untuk melancong di negri Kangguru tersebut, kami disarankan untuk mengurus visa Subclass 600. Kami pun mendapatkan list persyaratan dokumen yang harus dilampirkan saat mengurus visa, diantaranya :
1. Fotokopi Passport (yang lama juga harus dilampirkan)
2. Fotokopi KTP dan KK
3. Formulir pendaftaran yang bisa didownload di website yang sudah diisi dan dilengkapi foto
4. Bukti Keuangan selama 3 bulan (Bank Statement)
5. Surat Keterangan Kerja,
selain itu bila ada, bisa melampirkan bukti booking pesawat terbang, booking hotel, dan travel insurance. Ketiga hal tersebut sebenarnya ga wajib, malah lebih bagus tidak perlu membeli dulu tiket pesawat. Nanti kalau ditolak rugi banget kan, soalnya tiket ke Sydney lumayan mahal (paling murah kita dapat sekitar 2.5 juta, itupun belum pake bagasi).
Cuman, karna kami bertiga sama sekali ga punya pengalaman di bidang pervisaan dan ga kepikiran, yang penting ada tiket murah kita beli dulu. Kita akhirnya melampirkan juga tiket pesawat bolak balik (Jakarta - Sydney, Sydney - Melbourne, dan Melbourne - Jakarta). Plus bookingan hotel Ibis Budget yang keburu sudah kami bayar.

Sebelum mengurus visa, kami pun sempat googling-gooling mengenai pengurusan visa Australia ini. Setelah googling yang ada malah jadi pusing dan kesal. Rasanya, rata-rata blog yang nulis soal pengurusan visa ke Australia ini bilangnya kalau visa ke Aussie itu ribet, mahal, sering ga dapat, dsb.
Kami pun jadi agak panik, udah beli tiket pesawat dan hotel, sedih banget kalau semua tabungan kami yang gajinya masih pas-pas an ini ludes begitu saja tanpa dapat visa.
Belum lagi harga visanya sendiri mahal banget, 135 AUD belum pake biaya lain-lain seperti biaya sms, dsb.

Makin banyak googling, makin baper. Akhirnya kami berhenti googling, dan stick sama persyaratan yang diberikan langsung oleh AVAC.
Oh iya, sebelum kelupaan, di google juga banyak banget beredar cerita-cerita soal bukti keuangan yang lebay banget, katanya kalau isi rekeningnya kurang dari 100 juta, ga akan diterima visanya. Boro-boro ada 100 juta, 50 juta aja tabungan saya ga nyampe. Setelah berhemat dan mengumpulkan uang dengan segala daya upaya, setelah beli tiket pesawat dan hotel, tabungan saya cuman terkumpul sekitar 35 jutaan. Amaze juga sih, soalnya nabungnya cuman 5 bulan, sama minjem dikit sama mas pacar hehehehehehe.

Akhirnya pada tanggal 4 April (dengan asumsi ngurus visa itu butuh satu bulan penuh), kami datang ke AVAC dan membawa seluruh persyaratan yang diperlukan. Sebagai tambahan, saya juga melengkapi dengan slip gaji dari kantor saya selama tiga bulan terakhir, plus kartu nama, dan kartu kantor. Tidak lupa travel insurance juga saya lampirkan. Saya pikir harus pol deh ngurus visanya. Mahal soalnya.

Kami pun diterima di gedung AVAC, dan setelah sekitar 3 jam proses pengurusan, yang mana didalamnya sama sekali ga ribet dan ga pake wawancara, kami pun menyerahkan berkas dan membayar biaya visa.

Deg-deg an, tinggal nunggu hasil visanya. Jadi kepikiran, kalau bener ga diterima visanya, lenyapnya 10 juta yang dipake buat booking tiket pesawat dan hotel. Bonus dana pendidikan gw dari kantor :(

Tiba-tiba tanggal 6 May (hanya selang dua hari), saya dapet email dari imigrasi.
Jeng-jeng isinya :


Yeay visanya diterimaaa!!!!!!

Cuman perlu waktu dua hari udah langsung dapar visanya!
Ternyata cerita seram orang-orang yang pada gagal visa itu ga terlalu terbukti kok. Memang perlu diakui kalau harga pengurusan visanya mahal banget. Banget. Padahal orang Australia bolak-balik ke Indonesia bebas visa loh (CMIW). Mahal banget deh pokoknya.

Tapi yang katanya ngurusnya ribet atau impossible to get, ini salah banget. Ngurusnya ga seribet itu kok, standar pengurusan visa lah. Dan ga sesusah itu juga. Tabungan saya ga sebanyak itu juga.
Menurut saya, yang penting dokumennya semua lengkap. Dan yang paling penting, lampirkan surat keterangan kerja (ditandatangi Manager HRD) dan slip gaji, yang menyakinkan pihak embassy bahwa kita punya pekerjaan disini, ga akan cari pekerjaan disana, dan pasti pulang lagi. Kalau soal tabungan menurut saya bukan kuantitas juga sih pertimbangan utamanya. Soalnya pihak embassynya juga ga ada bilang minimal tabungan. Yang penting, secara logis uang kita cukup untuk akomodasi disana. Misalkan saya berlibur selama seminggu, dikira-kira aja, seminggu disana buat makan, transport, dsb nya berapa (plus buat biaya tiket pulang dan hotel, kalau yang belum booking). Dan yang terpenting, uang yang masuk ke rekening kita itu stabil dan jelas aliran dananya, serta mengendap. Ga yang masuk dalam jumlah besar tiba-tiba.

Gitu sih, intinya ga sesulit itu kok. Kalau memang mau pergi ke Australia, sikat aja! Ga perlu panik. Asal kita udah siap semua persyaratan, harusnya sih lancar!.
Next saya ceritakan pengalaman saya jejalan di Negara Kangguru ya!
Endes deh pokoknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar