Selasa, 05 Agustus 2014

Kecil tapi Banyak yang Bisa Diambil, Hobbits!!

Akhirnya beres juga baca The Hobbit-nyaa!

Ih telat banget yaa padahal baru baca sekarang hahahaha.

Tapi ciyus deh The Hobbit karya J.R.R Tolkien itu bagus pake banget ceritanya.

Waktu saya SMA, saya sudah pernah baca novel karya J.R.R Tolkien yang lebih dulu tenar di Indonesia sih, The Lord of the Ring. Sewaktu SMA saya sudah suka banget sama karyanya J.R.R Tolkien yang sampai diangkat ke layar lebar itu. Tokoh favorit saya pastinya Aragorn sih. Strider keren yang sebenarnya adalah pewaris tahta Gondor.

Kalau novel The Hobbit berbahasa Indonesia sendiri seingat saya baru mulai terbit di Indo setelah kisahnya diangkat ke layar lebar oleh Peter Jackson, sutradara trilogi LOTR juga. Nah karna sudah lebih dulu nonton filmnya dan ternyata lihat di Gramedia bukunya juga sudah terbit, saya kepingin baca, cuman baru kesampaian dua minggu lalu.

Dengan waktu kosong yang begitu banyak juga, akhirnya novel tersebut selesai juga saya baca. Kisahnya kurang lebih sama lah dengan filmnya *yaiyalah*, kisah petualangan Bilbo Baggins, hobbit dari Shire yang dalam perjalanannya dengan 12 kurcaci dan Gandalf berprofesi menjadi pencuri. Tujuan dari perjalanan mereka sendiri adalah untuk merebut kembali harta para kurcaci yang dirampas naga tua ganas, Smaug di Gunung Sunyi kalau ga salah namanya. Hmm, setelah saya amati, ternyata kisah di novelnya itu lebih singkat. Film yang disutradarai Peter Jackson diberi tambahan cerita sana sini dan diberi bumbu kisah cinta romantis tak mungkin antara Elf (Peri) dengan Kurcaci. Di bukunya sendiri ga ada sedikitpun kisah romantis-romantisan karna desas-desus yang saya baca sih buku itu dibuat J.R.R Tolkien untuk anaknya yang masih kecil pada saat itu. Karna Peter Jackson berencana membuat trilogi dari satu novel saja, maka cerita-ceritanya pun ditambah disana-sini.

Nah, seperti biasa, kalau baca karya penulis-penulis besar macam J.R.R Tolkien pasti banyak tuh kan hikmah yang bisa dipetik. Banyak sih buat saya, misalkan tentang ketamakan terhadap harta. Jadi ceritanya setelah berhasil menemukan kembali harta mereka yang begitu banyaknya di Gunung Sunyi dan setelah Smaug berhasil dibunuh, kurcaci-kurcaci dipenuhi oleh ketamakan terhadap harta. Dan ketamakan itu jahat sekali, karna keinginan memiliki sendiri semua harta, mereka pun jadi melupakan persahabatan dan keadilan, juga mengabaikan hak orang lain. Walaupun akhirnya jadi baik lagi, tapi terlanjur banyak hal buruk yang terjadi karena sifat serakah.

Satu lagi yang menarik yang saya ambil dari novel ini adalah kisah si Hobbit sendiri, Bilbo Baggins. Sebagai seorang Hobbit, Baggins lebih suka stabilitas dan kenyamanan di rumah. Hobbits benci petualangan. Tapi setelah akhirnya dia berani mengambil resiko *dalam kasus ini sebenarnya dia agak 'dipaksa' sih hehe* keluar dari rumahnya yang besar dan nyaman, pergi keluar berpetualang ternyata dia menemukan banyak sekali hal menarik. Baggins menemukan sisi-sisi dalam dirinya yang dia tidak ketahui sebelumnya, menemukan teman-teman baru baik dari bangsa manusia, Elf, maupun kurcaci, juga akhirnya menemukan banyak harta.

Berani keluar dari zona nyaman, keluar dari ketakutan di kepala kita sendiri, dan mencoba hal baru. Kita ga tahu apa yang akan terjadi kalau kita bilang Ya pada satu kesempatan, beda dengan saat kita bilang Tidak, kita jelas tahu apa yang terjadi, ya ga ada yang terjadi. Kita menghilangkan kesempatan. That's it.

Selain itu, yang terakhir, Hobbit memang makhluk yang paling kecil dan paling lemah di antara manusia, kurcaci, dan Elf, tapi entah kenapa makhluk satu ini selalu memegang peranan penting dalam setiap kisah yang ditulis J.R.R Tolkien. Kenapa? Saya rasa karna Tolkien ingin menyampaikan pesan pada kita. Hobbit itu memang kecil, tapi mereka dikenal punya hati yang tulus, setia, dan juga jujur. Karakter-karakter seperti yang dimiliki anak-anak. Pada kenyataannya mereka memang agak dianggap anak-anak oleh karakter-karakter lainnya. Tapi justru sifat-sifat seperti itulah yang selalu pada akhirnya mengalahkan kejahatan.

Yah, itulah yang saya bisa ambil sarinya dari kisah menakjubkan yang ditulis sahabat C.S Lewis ini.

P.S Ga sabar nonton film ketiganya The Hobbit!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar