Kamis, 09 Oktober 2014

Maraton, bukan lari 100 m woy!

Kemarin, sehabis kuliah EOR, salah satu dosen favorit saya di TM, Mas Septo memberi wejangan singkat. Beliau bilang, hidup itu bukan kayak lari seratus meter, tapi lari maraton. Bukan soal siapa yang paling cepat larinya, tapi siapa yang kuat dan bisa bertahan, tekun menyelesaikan lomba lari.

Belakangan ini saya luar biasa rajin lari. Dua kali seminggu, ga mau absen. Rata-rata 2.4-3.2 km. Kadang kalau lari sama Bang Amry bisa menyentuh angka 3.6 km. Kalau bareng Tita doang dulu kadang hanya menyentuh 1.6 km sajaaa hehe. Tapi kalau lari sendiri, 7-8 putaran saraga itu selalu dijalani. Saya bukan pelari yang cepat, jujur saja, tapi lumayan kuatlah staminanya untuk ukuran cewe, minimal diantara temen-temen lari cewe saya lah. Dan saya ga pernah jalan kaki, jadi konstan lari terus.

Paragraf dua itu agak pamer sih hehehehehe ;p. Tapi intinya, saya tahu bahwa untuk berlari jauh memang perlu kemauan dan ketekunan. Dan itu yang dimaksud Mas Septo.

Mas Septo bilang, dan saya percaya mengingat usia dan pengalaman beliau, kalau orang sukses itu bukan orang yang kelihatan paling menonjol, tapi orang yang secara konstan mau bekerja keras, tahan banting, tekun, dan tidak mudah menyerah.

Itulah hidup, hidup itu kayak lomba lari maraton yang panjaaang banget. Cuman orang-orang dengan kemauan keras dan daya tahan yang kuat yang bisa menyelesaikan lomba dengan baik. Kalau kena angin dikit aja udah sedih, galau, dan nyerah, mending ke laut aja sana hahahaha.

Refleksi ke diri sendiri sih sebenarnya. Belakangan ini rasanya cape banget dan kadang ada banyak hal yang bikin takut menghadapi dunia ke depan. Belum lagi urusan personal yang lagi sangat amat menyebalkan. Tapi itu bodoh banget seriusan. Hidup itu buat dijalani dengan tekun, harus kuat dan tetap semangat. Kayak lagi lari maraton. Harus bisa finish!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar