Jumat, 27 Juni 2014

Schindler's List : Menolak Lupa

Semalam sebelum tidur nonton film epic berjudul Schindler's List karyanya om Steven Spielberg. Filmya hitam putih dan awalnya saya yang hidup di jaman ketika semua tayangan harus berwarna agak gatel mata gitu loh ga kebiasa. Tapi akhirnya ya asik-asik aja sih.

Filmnya memang bagus banget beneran. Kalau ga percaya sama rekomendasi saya, Rotten Tomatoes ngasi rating 97% buat film ini, IMDB juga ngasi angka 9.

Dari sisi sinematografi, alur cerita, semua deh keren banget.

Jadii, Schindler's List itu adalah film yang diangkat dari kisah nyata seorang pria bernama Oskar Schindler yang awalnya adalah seorang pebisnis yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan berlimpah, termasuk diantara penyuapan dan terlibat dalam pasar gelap. Tapi, dalam perjalanannya, Schindler yang pada saat itu mempekerjakan orang Yahudi di pabriknya karna bayarannya yang murah sekali, akhirnya jatuh kasihan dan berupaya menolong sebanyak mungkin orang-orang Yahudi yang saat itu dibantai dan disiksa secara tidak manusiawi oleh tentara SS. Pembantaian gheto saat itu (perkampungan Yahudi) benar-benar mengerikan. Cara tentara SS memperlakukan orang Yahudi itu ga seperti memperlakukan manusia. Kejam betul. Membunuh orang itu seakan-akan hal sepele kayak bunuh lalat.

Yah, cerita lengkapnya boleh ditonton sendiri lah. Yang menjadi perhatian utama saya adalah pesan yang disampaikan oleh film tersebut. Spielberg yang juga keturunan orang Yahudi mengatakan bahwa salah satu tujuan dia memproduksi film itu adalah untuk memperlihatkan lagi kepada dunia tentang kekejaman Nazi, fasisme, dan mengingatkan kembali pada dunia tentang Holocaust yang membantai hingga 6 juta orang Yahudi dalam kurun waktu 6 tahun. Saat itu Spielberg melihat orang-orang  mulai lupa akan kekejaman Nazi dan malah muncul gerakan-gerakan Neonazi di Amerika saat itu.

Setelah menonton film itu, saya semakin menyakini bahwa gerkaan  fasisme apapun itu ga oke. Kalau gerakan anti semit, gerakan rasisme itu jelas-jelas menjijikan.

Dan kalau masih ada orang yang hidup di jaman ini setelah kita melihat sejarah kelam itu masih mengganggap kalau Nazi itu keren, jelas ga punya otak.Contohnya kayak musisi terkenal Indonesia yang membaut video kampanye salah satu capres dengan menggunakna seragama SS. Apa coba yang ada di pikirannya. Apa sekedar keren-kerenan? Karna kalau sekedar keren-kerenan, yah kita tahu lah ya harus menyebut dia apa. Tapi kalau memang dia menyetujui ide-ide fasisme, itu lebih parah lagi. Lebih baik orang bodoh daripada orang dengan iideologi super kejam kayak gitu.

Sayangnya, saat ini banyak banget anak-anak muda yang kayaknya ga tahu dan ga mau tahu sejarah dunia. Sewaktu saya menceritakan pada teman saya tentang film ini, temen saya geleng-geleng kepala ga ngerti. Kamp konsentrasi aja gatau. Padahal dia well educated loh. Mahasiswa pintar yang satu tempat kuliah dengan saya. Adik saya juga bilangnya, Terus kenapa, emang gw pikirin. Astagaa deeee.

Kita yang masih muda\-muda ini juga harus memberi perhatian terhadap masalah-masalah dunia seperti itu, supaya ga terulang lagi peristiswa-peristiswa kelam seperti Holocaust. Jangan cuma nonton film korea atau boyband-boyband aja. Coba deh, mulai belajar peduli.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar