Senin, 28 Juli 2014

Saya bukan Tuhan toh. No Judje!

Saya tumbuh besar dalam lingkungan yang sangat konservatif soal agama. Sedari kecil, saya yang tinggal bersama dengan nenek saya, wajib pergi Sekolah Minggu *pelayanan untuk anak-anak kecil di Gereja* setiap hari Minggu dan karna saya anak sehat Indonesia yang jarang banget sakit, saya benar-benar, literally ke gereja tiap hari Minggu.

Dari kecil juga saya bersekolah di sekolah Katolik. Sekolah yang mewajibkan seluruh siswanya tanpa kecuali pergi ke Gereja pada hari-hari tertentu dan tentu saja mengikuti pelajaran agama setiap Minggu.

So, kalau ditanya soal cerita di Alkitab, bukan bermaksud buat besar kepala, tapi saya hafal semuanya. Serius.

Setelah kuliah, saya ikut kegiatan PMK, Navigator, dan bla-bla-bla yang berbau Kristiani.

Saya menikmati semuanya. Saya tidak pernah meragukan keyakinan saya. Tanpa keyakinan saya, saya bukanlah saya.

Tapi setelah saya tumbuh besar dan banyak menonton film barat tentunya, serta hidup di lingkungan yang semakin plural, saya banyak menemukan perubahan. Bukan dengan iman saya, tapi tentang pandangan saya mengenai dunia tempat saya tinggal. Salah satunya adalah tentang orang-orang yang punya ketertarikan dengan sesama jenis. Waw. Sensitif banget topiknya.

Oke, jujur, saya suka men-judge mereka. Saya jujur saja, jijik dengan perbuatan seperti itu. Menurut saya itu unnatural. Dalam keyakinan saya, Tuhan tidak pernah menciptakan hal seperti itu. Itu ga normal, freak, dan itu jelas-jelas perbuatan yang menjijikan. Begitulah yang saya yakini.

Tapi makin kesini, setelah banyak hal yang saya lihat, lucu sih, semua ini berawal dari serial komedi Modern Family. Tau? Sitkom keluarga asal Amerika yang ada Sofia Vergaranya itu loh. Nah di sitkom itu ada pasangan gay, Mitchell dan Cameron yang mengadopsi anak dan berupaya untuk hidup normal di masyarakat.

Entah sih, lucu rasanya menulis apa yang saya pikirkan saat ini. Entah kenapa juga saya tiba-tiba pingin membagi pikiran saya tentang hal ini. Hanya saja, setiap kali saya menonton sitkom itu, saya melihat pasangan gay itu manusia biasa. Yah, mereka manusia. Sama seperti saya, yang punya pekerjaan, keluarga, yang berupaya untuk hidup di dunia yang keras dengan berusaha mencintai satu sama lain. Walaupun buat saya cinta mereka masih merupakan cinta yang aneh menurut saya.

Selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang saya tidak mengerti sampai saat ini. Pertanyaan-pertanyaan yang dipenuhi dengan perdebatan, bahkan dalam kepala saya sendiri.

Tapi setidaknya sekarang, saya bisa melihat mereka sebagai orang-orang yang berusaha untuk hidup dengan baik juga di masyarakat. Dan saya belajar untuk tidak menjadi orang berpikiran sempit yang langsung serta merta men-judge mereka.

Yah, sampai saat ini saya masih berpendapat bahwa perbuatannya, saya highlight, perbuatanya jelas salah. Tapi sekarang saya punya pandangan baru terhadap orang-orangnya. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia sama seperti kita yang harus saya lihat dengan penghargaan bukan dengan penghakiman. Saya bukan Tuhan toh. Tuhan yang menghakimi manusia, bukan saya.

P.S Kalimat terakhir membuat saya berasa de ja vu dengan tulisan saya tentang Paus Fransiskus. Ya, sekarang saya mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar