Senin, 30 Juli 2012

Wondering about Love

Hem.. judulnya.

Kemarin ini saya tiba-tiba merasa jengah dan kesal. Seperti biasa setiap kali ada teman pengurus yang ulang tahun, saya jarkom. Biasanya saya yang ngonsep. Mulai dari ucapannya, perayaannya. Biasanya saya yang beli kue. Biasanya saya juga yang beli hadiahnya.

Saya tidak mengeluh. Saya suka melakukannya. Itu kan buat orang-orang yang saya kasihi. Kenapa ga?

Tapi..
Kemarin, sewaktu saya menjarkom, dan lagi-lagi seperti biasa hanya satu dua orang yang menanggapi, saya mulai merasa kesal.

Saya bertanya-tanya, kenapa harus selalu saya yang kerja sendiri. Kenapa yang lain kok ga peduli.
Ini kan acara kita bersama. Setiap kali ada hadiah, saya selalu tulis dari Tarbantin09. Tapi kenyataannya, saya bohong kan. Itu dari saya. Bukan dari yang lain.

Yang membuat saya kesal bukan karna harus selalu saya yang membeli kue, hadiah, menjarkom, dll. Bukan itu. Tapi karna memang pada dasarnya, yang lain tidak peduli satu sama lain. Kalau memang peduli, masa balas sms untuk ucapan saja pada gabisa.

Saya pikir, perlu ada evaluasi, apakah raya merayakan ulang tahun seperti ini masih perlu dilanjutkan atau tidak.

Nah..
Kejadian di hari kemarin membuat saya bertanya-tanya, apa sih sebenarnya kasih itu?
Apakah ketika saya merasa marah dan kesal karna perbuatan orang lain yang sering mengecewakan adalah tanda bahwa saya tidak mengasihi mereka dengan tulus.

Jujur, saya lelah. Saya seperti berusaha sendiri untuk mereka.

Apakah salah, ketika kita memutuskan untuk berhenti memperhatikan orang yang sering membuat kita kecewa?

Jawabannya, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
Tuhan meminta kita untuk mengasihi dengan tulus. Mengasihi musuh kita bahkan.
Tapi sampai batas manakah Tuhan kita mengasihi? Tentu jawabannya kasih tidak terbatas.

Hem, kasih memang rumit. Topik yang paling sering dibahas manusia, tapi yang paling sulit untuk dipraktekkan.

Saat ini, jujur saya tidak sanggup untu mengasihi terus orang-orang yang mengecewakan saya. Saya tidak benci. Tapi perkataan dan perbuatan yang buruk memudarkan kasih. Kasih lama-lama menjadi dingin.
Saya lebih memilih untuk diam, berusaha menjauh sejenak supaya saya bisa menata hati saya terlebih dahulu.

Saya juga rindu untuk memiliki hati penuh kasih seperti Bapa. Yang bisa tetap mengasihi orang-orang yang jahat dan menyalibkan Dia.
Tapi saya memang masih harus banyak diproses dan dibentuk..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar