Senin, 13 Agustus 2012

Beda suku.. why not?

Siang ini ada rapat navigator. Membicarakan tentang open house bulan depan. Setelah rapat, kami makan siang dan ngobrol-ngobrol di sebuah labtek yang teduh di kampus.

Tau kan, kalau cewe-cewe navigator gitu sudah pada ngumpul bawaannya ngobrol mulu. Ada-ada aja. Random banget deh obrolannya.

Lalu, ada seorang teman yang curhat gitu deh ceritanya. Dia yang bersuku Batak, disuruh orangtuanya mencari jodoh yang orang Batak lagi. Tidak boleh yang lain. Syarat utama dan satu-satunya adalah dia harus orang Batak. Hemm.. segitunya yaa. Aneh banget menurut saya.
Ada lagi nih, teman saya yang orang Jawa. Sama deh, sebelas duabelas. Dia disuruh orangtuanya mencari jodoh yang juga sesuku. Sama-sama orang Jawa lagi.

Hem.. menurut saya pribadi, hal-hal seperti itu agak konyol dan tidak essensial. Memangnya apa coba alasan utamanya?
Apakah suku yang satu lebih baik dari suku yang lain? Tentu saja tidak ada jaminan seperti itu. Apakah menikah dengan orang yang sesuku menjamin kebahagian. Tentu saja tidak.

Lalu, apa alasannya? Kebanyakan karna masalah-masalah *sepele menurut saya* seperti marga, atau adanya stigma tentang suku tertentu. Misalkan, kalau saya sebagai orang batak nih menikah dengan orang yang bukan batak, otomatis anak saya tidak akan memiliki marga. Dan itu tidak baik menurut mereka. Hem, sekali lagi menurut saya hal ini tidak esensial dan tidak penting juga.
Ada juga masalah stigma terhadap suku tertentu, seperti misalnya teman saya yang suku jawa ini. Dia tidak boleh menikah dengan suku lain, apalagi, suku batak katanya. Alasannya, orang batak itu keras sifatnya. Susah diajak kompromi dan galak-galak. Dan jawaban saya, tidak semua orang batak memiliki karakter seperti itu. Apalagi orang batak yang sudah mengenal Tuhan dan diubahkan. Saya sering sekali menemukan orang-orang batak yang lembut, sabar, dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus.

Dan masih banyak kisah dan alasan lainnya.

Menurut saya, pernikahan yang bahagia, tentu tidak didasari oleh persamaan suku. Alkitab tidak pernah menjelaskan hal seperti itu. Suku juga harusnya bukan prioritas utama untuk memilih teman hidup. Apalagi, ada beberapa orang tua yang sampai mewajibkan anaknya untuk memilih teman hidup yang sesuku.
Harusnya hal-hal lainlah yang jauh lebih penting yang kita pikirkan, seperti pengenalan akan Tuhan, karakter yang baik, soal pelayanan, soal membangun karakter kita kah, soal visi hidup, dan hal-hal lain.

Hal-hal seperti itulah yang akan membuat kita merasa bahagia memiliki teman hidup.

Come on. Jangan lagi kita mengukur sesuatu dengan ukuran yang tidak berguna dan tidak logis. Apalagi kita semua adalah saudara dalam tubuh Kristus. Tidak ada lagi kamu suku A dan saya suku B dan sebaiknya kita tidak bersama.

Yaa.. memang butuh waktu dan cara komunikasi yang baik pada orang tua untuk merubah pola pikir seperti diatas. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar